Konsep
entropi mungkin tampak agak abstrak. Untuk mendapatkan rasa konsep entropi
tersebut, dapat dihubungkan dengan konsep keteraturan
dan ketidakteraturan. Pada
kenyataannya, entropi sistem dapat dianggap sebagai ukuran ketidakteraturan sistem. Maka, hukum termodinamika kedua
dapat dinyatakan dengan sederhana sebagai: Proses
Alamiah Cenderung Menuju Keadaan yang Lebih Tidak Teratur.
Apa
yang tepatnya dimaksud dengan ketidakteraturan mungkin tidak selalu jelas,
sehingga sekarang dapat dilihat beberapa contoh. Beberapa diantaranya akan
menunjukkan bagaimana pernyataan yang sangat umum mengenai hukum kedua ini
berlaku di luar batas apa yang biasanya
dianggap termodinamika.
Sebuah
botol yang berisi lapisan terpisah dari garam dan marica lebih teratur dari
saat ketika garam dan marica dicampur. Pengocokan botol yang berisi
lapisan-lapisan yang berbeda akan menghasilkan campuran, dan tidak peduli
berapa lama dikocok ulang, lapisan-lapisan tersebut tidak akan kembali. Proses
alami adalah dari keadaan teratur yang relatif (lapisan-lapisan) menjadi
ketidakteraturan yang relatif (campuran). Yaitu, ketidakteraturan bertambah.
Dengan cara yang sama, cangkir kopi yang padat merupakan benda yang lebih
“teratur” dari potongan-potongan cangkir yang pecah. Cangkir pecah ketika
jatuh, tetapi tidak langsung memperbaiki diri sendiri lagi. Kembali, urutan
normal peristiwa merupakan penambahan ketidakteraturan.
Ketika
sebuah benda yang panas disentuhkan dengan benda yang dingin, kalor mengalir
dari temperatur tinggi ke rendah sampai kedua benda mencapai temperatur
pertengahan yang sama. Di awal proses bisa dibedakan dua kelas molekul: yang
mempunyai energi kinetik rata-rata yang tinggi dan yang rendah. Setelah proses,
semua molekul berada dalam kelas yang sama dengan energi kinetik rata-rata yang
sama, dan tidak lagi memiliki keteraturan susunan molekul dengan dua kelas.
Keteraturan telah menjadi ketidakteraturan. Lebih jauh lagi, perhatikan bahwa
benda-benda terpisah yang panas dan dingin dapat berlaku seperti daerah
temperatur panas dan dingin pada mesin kalor, dan dengan demikian dapat
digunakan untuk mendapatkan kerja yang berguna. Tetapi begitu dua benda
disentuhkan dan mencapai temperatur yang sama, tidak ada kerja yang bisa
didapat. Ketidakteraturan telah bertambah, karena sistem yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kerja tentunya harus dianggap mempunyai keteraturan
yang lebih tinggi dari sistem yang tidak lagi bisa melakukan kerja.
Contoh-contoh
ini mengilustrasikan konsep umum bahwa penambahan entropi berhubungan dengan
penambahan ketidakteraturan. Pada umumnya, dihubungkan ketidakteraturan dengan
keadaan acak: garam dan marica dalam bentuk lapisan, lebih teratur dari
campuran yang acak; tumpukan halaman yang diberi nomor dan rapi lebih teratur
dari lembar-lembar yang berserakan secara acak dilantai. Dapat juga dikatakan
bahwa susunan yang lebih teratur adalah susunan yang membutuhkan lebih banyak informasi untuk menyatakan atau
mengklasifikasikannya. Ketika kita memiliki satu benda yang panas dan satu yang
dingin, kita mempunyai dua kelas molekul dan dua macam informasi. Ketika garam
dan marica dicampur, hanya ada satu kelas (yang serba sama); ketika dalam
lapisan-lapisan, ada dua kelas. Dengan pemikiran ini, informasi dihubungkan
dengan keteraturan, atau entropi yang rendah. Hal ini merupakan dasar dimana
bidang modern tentang teori informasi dibangun.
Contoh
yang lain adalah mengenai batu yang jatuh ke tanah,
mengenai energi kinetiknya yang diubah menjadi energi thermal. (kita perhatikan
bahwa keadaan sebaliknya tidak pernah terjadi: sebuah batu tidak pernah
menyerap energi thermal dan kemudian terbang dengan sendiriya). Ini merupakan
contoh lain dari keteraturan yang berubah menjadi ketidakteraturan. Karena
walaupun energi thermal dihubungkan dengan gerak acak yang tidak teratur dai
molekul-molekul, molekul-molekul pada batu yang jatuh semuanya memiliki kecapatan
ke bawah yang sama sebagai tambahan atas kecepatan acak mereka sendiri. Dengan
demikian, energi kinetik batu yang lebih teratur diubah menjadi energi thermal
yang tidak teratur ketika menimpa tanah. Ketidakteratudan dalam proses ini
bertambah, sebagaimana pada semua proses yang terjadi pada alam.
Referensi:
Giancoli,
C.Douglas. 1998. Fisika Dasar I.
Erlangga: Jakarta.
Zemansky, Mark W. dan Richard H.
Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika.
ITB: Bandung
Reynolds, W.C., dan H.C.Perkins.
1977. Engineering Thermodinamics. McGraw-Hill
Book Company: New York.
Baca Lainnya:
Entropi
Tidak Tersedianya Energi; Kematian Kalor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar